Selasa, 04 Februari 2014

Perbedaan itu rahmat



Wajar jika di dunia ini ada yang namanya “perbedaan”. Namun bukankah seharusnya tidak menjadi faktor pemecah belah umat kan? Perbedaan pendapat bukan akan memecah ummat, selama satu sama lain bisa saling memahami dan menghargai pendapat yg lain, apalagi itu masalah furu'iyah. Karena kalupun ada perpecahan ummat sampai saling mencaci dan mengkafirkan itu karena sifat kefanatikan pada diri manusia saja, selama itu masalah furu'iyah kita saling memahami, kecuali masalah itu masalah aqidah dan segala yang sudah qat'i dalilnya dalam al qur'an dah hadist maka pasti tidak ada yg khilaf. Kadang ada juga yang bilang “Ngapain sih ribut2 saudara sesama muslim dalam hal yang furu’, musuh islam diluar banyak, masak ribut di internal aja sampai lupa kalau ada musuh diluar yang berusaha menghancurkan islam”. Ya ada benarnya juga. Tapi mikir juga kayak gini” Dalam hal yang furu’ aja berbeda, ee... ternyata gak dalam hal itu aja, tapi apa yang menurut kita musuh menurut mereka bukan musuh, padahal penyimpangannya dalam hal aqidah dan syaria’t sudah sangat parah, dan masalah itu justru menambah perpecahan lagi karena perbedaan anggapan ini”. Masalah internal lagi ni...Jadi sebenarnya perbedaan sebagai rahmat itu yang bagaimana?

Perbedaan itu rahmat bisa jadi benar jika ditinjau dari sisi usaha keras para ulama dalam berijtihad sehingga muncullah berbagai macam pendapat yang ada. Dari sisi ini kita dapat katakan bahwa perbedaan pendapat kala itu adalah rahmat.Jadi tinjauan yang benar ini dilihat dari sisi usaha keras para ulama yang melakukan ijtihad.

Namun jika yang dimaksud perbedaan adalah rahmat ditinjau dari sisi umat yang mengikuti berbagai macam pendapat, bisa jadi keliru. Ada yang ikut pendapat ulama A, Syaikh B, kyai C, dst, padahal ada di antara pendapat-pendapat tersebut yang jelas bertentangan dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sisi inilah dapat kita katakan tidak tepatnya mengatakan bahwa perbedaan itu rahmat. Tinjauannya adalah dari sisi umat yang ikut berbagai ragam pendapat. Karena beragam pendapat di tengah umat seperti itu membuat umat terpecah belah. Maka jelas perbeadaan saat itu bukanlah rahmat.

Jadi perkataan perbedaan itu rahmat dapat ditafsirkan benar dan keliru. Bisa saja perkataan tersebut disalah tafsirkan dan bisa jadi pemahamannya benar.

Yang benar adalah bersatu itu tentu saja lebih baik daripada mesti berbeda. Tetapi kita tidak bisa lepas dari perbedaan yang sudah jadi sunnatullah. Tinggal tugas kita mengikuti manakah yang sesuai ajaran Islam atau ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang jauh dari ajaran beliau, tentu kita tinggalkan.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Daud no. 4607, At Tirmidzi no. 2676, Ibnu Majah no. 42. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar