Wajar jika di dunia ini ada yang
namanya “perbedaan”. Namun bukankah seharusnya tidak menjadi faktor pemecah
belah umat kan? Perbedaan pendapat bukan akan memecah ummat, selama satu sama
lain bisa saling memahami dan menghargai pendapat yg lain, apalagi itu masalah
furu'iyah. Karena kalupun ada perpecahan ummat sampai saling mencaci dan
mengkafirkan itu karena sifat kefanatikan pada diri manusia saja, selama itu
masalah furu'iyah kita saling memahami, kecuali masalah itu masalah aqidah dan
segala yang sudah qat'i dalilnya dalam al qur'an dah hadist maka pasti tidak
ada yg khilaf. Kadang ada juga yang bilang “Ngapain sih ribut2 saudara sesama
muslim dalam hal yang furu’, musuh islam diluar banyak, masak ribut di internal
aja sampai lupa kalau ada musuh diluar yang berusaha menghancurkan islam”. Ya
ada benarnya juga. Tapi mikir juga kayak gini” Dalam hal yang furu’ aja
berbeda, ee... ternyata gak dalam hal itu aja, tapi apa yang menurut kita musuh
menurut mereka bukan musuh, padahal penyimpangannya dalam hal aqidah dan syaria’t
sudah sangat parah, dan masalah itu justru menambah perpecahan lagi karena
perbedaan anggapan ini”. Masalah internal lagi ni...Jadi sebenarnya perbedaan
sebagai rahmat itu yang bagaimana?
Perbedaan itu rahmat bisa jadi benar
jika ditinjau dari sisi usaha keras para ulama dalam berijtihad sehingga
muncullah berbagai macam pendapat yang ada. Dari sisi ini kita dapat katakan
bahwa perbedaan pendapat kala itu adalah rahmat.Jadi tinjauan yang benar ini
dilihat dari sisi usaha keras para ulama yang melakukan ijtihad.
Namun jika yang dimaksud perbedaan
adalah rahmat ditinjau dari sisi umat yang mengikuti berbagai macam pendapat,
bisa jadi keliru. Ada yang ikut pendapat ulama A, Syaikh B, kyai C, dst,
padahal ada di antara pendapat-pendapat tersebut yang jelas bertentangan dengan
petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sisi inilah dapat kita
katakan tidak tepatnya mengatakan bahwa perbedaan itu rahmat. Tinjauannya
adalah dari sisi umat yang ikut berbagai ragam pendapat. Karena beragam
pendapat di tengah umat seperti itu membuat umat terpecah belah. Maka jelas
perbeadaan saat itu bukanlah rahmat.
Jadi perkataan perbedaan itu rahmat
dapat ditafsirkan benar dan keliru. Bisa saja perkataan tersebut disalah
tafsirkan dan bisa jadi pemahamannya benar.
Yang benar adalah bersatu itu tentu
saja lebih baik daripada mesti berbeda. Tetapi kita tidak bisa lepas dari
perbedaan yang sudah jadi sunnatullah. Tinggal tugas kita mengikuti manakah
yang sesuai ajaran Islam atau ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang
jauh dari ajaran beliau, tentu kita tinggalkan.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah
khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang
teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Daud no. 4607,
At Tirmidzi no. 2676, Ibnu Majah no. 42. At Tirmidizi mengatakan hadits ini
hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At
Targhib wa At Tarhib no. 37)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar