Rabu, 26 Februari 2014

Mempercayai yang Terbaik

Adakalanya memang pertimbangan penempatan SDM dalam bidang-bidang dakwah ini merumitkan. Bagi para formatur atau penyusun kepengurusan dakwah terutama. Wajar saja, kadang kekhawatiran itu muncul karena adanya prediksi-prediksi tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari. Yang perlu diingat, setajam apapun analisa kita, tetap saja masa depan adalah sebuah rahasia takdir yang tidak bisa kita tembus untuk mengetahuinya di masa sekarang. Maka, sesudah syuro memutuskan penempatan SDM pada bidang-bidangnya, ikhlaskan dan tsiqoh-lah, kemudian lihat bagaimana manajemen kita berjalan. Biarlah kemudian skenario Allah memberikan kita pelajaran, mungkin  di kemudian hari ada hal-hal yang perlu disesuaikan untuk kemashlahatan. Demikian, Rosulullah pun pernah mengalaminya.

Ketika Fathul Makkah. Tidak kurang-kurang Rosulullah memperhitungkan penempatan pasukan menjadi empat kelompok besar untuk masuk ke Makkah lewat empat jurusan, dengan mewanti-wanti pada para pemimpin kelompok untuk tidak melakukan kekerasan apapun, meskipun mereka semua disiapkan dengan persenjataan perang lengkap, kecuali dalam kondisi yang amat sangat mendesak. Nyatanya, dalam perjalanan masing-masing kelompok tersebut menuju Makkah dengan jalurnya masing-masing, salah satu kelompok Anshar yang dipimpin Sa’ad bin Ubadah hampir saja membuat ricuh. Sa’ad, sang komandan saking semangatnya, meneriakkan semangat perang pada pasukannya. Setelah menerima laporan kejadian yang menyimpang jauh dari rencana awal tersebut, segera Rosulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk mengejar rombongan Anshar tersebut, sekaligus mengambil alih pasukan. Sa’ad bin Ubadah segera masuk menjadi anggota pasukan Anshar sedang kepemimpinan diambil alih oleh Ali. Rosulullah me-reshuffle komposisi pasukan.

Maka ketika syuro telah menetapkan kebijakan, tsiqoh-lah bahwa insya Allah itu adalah keputusan terbaik. Jika ternyata tidak tepat, biar Allah memberi kita pelajaran setelahnya, apa-apa yang mungkin perlu kita benahi. Wallahua’lam.

Terinspirasi: “Yang Tegar di Jalan Dakwah”

Selasa, 25 Februari 2014

Kebersamaan menuju Kebaikan

Saat awal berangkat, mengayun langkah ke arah tujuan, Allah berikan banyak kemudahan. Namun saat di perjalanan ujian itu pun datang. Ya, semoga ini ujian awal untuk menguji siapa yang masih ingin bertahan mengayun langkah selanjutnya ^^ Yakinlah bersama Allah semuanya kan baik-baik saja :) 

Bersama teman-teman Al Fatih
  
#Malang, 23 Februari 2014/23 Rabiul Tsani 1435 H

Minggu, 16 Februari 2014

Mbak yang Keren :')



Sore itu sembari menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar. Kulihat seseorang yang berpakaian rapi, berjilbab dan tertutup sedang duduk disamping masjid. 
Kelihatannya ia sedang menunggu seseorang juga. Aku mencoba menegurnya dan duduk disampingnya, mengucapkan salam, sembari berkenalan.

Dan akhirnya pembicaraan sampai pula pada pertanyaan itu. “Anti sudah menikah?”.

“Belum ”, jawabku datar.

Kemudian wanita berjubah panjang (Akhwat) itu bertanya lagi “kenapa?”

Pertanyaan yang hanya bisa ku jawab dengan senyuman. Ingin kujawab karena masih belajar melanjutkan pendidikan, tapi rasanya itu bukan alasan.

“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya.

“Menunggu suami” jawabnya pendek.

Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini?Sepertinya wanita karir.Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “Mbak kerja di mana?”Entah keyakinan apa yang membuatku demikian yakin jika mbak ini memang seorang wanita pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.

“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.

“Kenapa?” tanyaku lagi.

Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah PINTU AWAL kita wanita karir yang bisa membuat kita lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.

Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.

Saudariku, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah hanya ingin didatangi oleh laki-laki yang baik-baik dan sholeh saja.

“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari dan es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Kamu tahu kenapa ?

Waktu itu jam 7 malam, saya baru pulang dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Setibanya dirumah, mungkin hanya istirahat yang terlintas dibenak kami wanita karir. Ya, Saya akui saya sungguh capek sekali ukhty. Dan kebetulan saat itu suami juga bilang jika dia masuk angin dan kepalanya pusing.

Celakanya rasa pusing itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya, suami saya hanya minta diambilkan air putih untuk minum, tapi saya malah berkata, “abi, pusing nih, ambil sendirilah !!”.

Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya. Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya? (kami memang berkomitmen untuk tidak memiliki khodimah)?Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci.Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga.

Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air putih saja saya membantahnya.Air mata ini menetes, air mata karena telah melupakan hak-hak suami saya.”

Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.

“Kamu tahu berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 rb/bulan. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan. Malam itu saya benar-benar merasa sangat durhaka pada suami saya. Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan ikhlas dari lubuk hatinya.Setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata “Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho”, begitulah katanya.Saat itu saya baru merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong dan durhaka pada nafkah yang diberikan suami saya, dan saya yakin hampir tidak ada wanita karir yang selamat dari fitnah ini”

“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu sering begitu susah jika tanpa harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya”
Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara. “Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara- saudara saya justru tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Sesuai dugaan saya, mereka malah membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan yang lain.”

Aku masih terdiam, bisu mendengar keluh kesahnya. Masyaallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.

“Kak, bukankah kita harus memikirkan masa depan ? Kita kerja juga kan untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini mahal. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah. Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali mengalir, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.

“Anti tau, saya hanya bisa menangis saat itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, Demi Allah bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya sudah DIPANDANG RENDAH olehnya. Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia ?

Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari ?

Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya ?

Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan tetap?

Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan ?

Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya.

Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya. Saya berharap dengan begitu saya tak lagi membantah perintah suami saya. Mudah-mudahan saya juga ridho atas besarnya nafkah itu.

Saya bangga dengan pekerjaan suami saya ukhty, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan seperti itu.

Disaat kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tetapi suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.

Suatu saat jika anti mendapatkan suami seperti suami saya, anti tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku.

Dan dia mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkanku. Kulihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, wanita itu meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.

Ya Allah….Hari ini aku dapat pelajaran yang berkesan dalam hidupku.Semoga pekerjaan, harta dan kekayaan tak pernah menghalangimu untuk tidak menerima pinangan dari laki-laki yang baik agamanya.

#Repost kisah inspiratif

Sabtu, 15 Februari 2014

PEREMPUAN


Ini tentang perempuan.

R      : Dek gak ikutan nulis buku tentang perempuan pendobrak peradaban?
A      : Kan udah telat mbak
R      : Gak pa2 diperpanjang kok
A      : Gak deh mbak, persepsi saya tentang perempuan sepertinya beda sama yang dimaksud dalam buku yang ingin ditulis. Hehehe
R      : Jangan bilang kalo perempuan lebih baik di rumah.
A      : Hahaha..bisa jadi bisa jadi.
R      : Ya gak apa-apa sih kalo pengen nyantai hanya mengurusi rumah
A      : Hanya??? Jadi ibu rumah tangga gak gampang lho mbak. Ngurusi rumah tangga, suami plus mendidik anak pula dan lain-lain. Mendidik anak itu juga gak gampang lho mbak. Hehehe
R      : Hm...
A      : Ya gak pa2 sih berkontribusi di luar rumah tangga. Asal masih dalam ranah perempuan dan tidak mengganggu bahkan menghalangi kewajiban sebagai ibu rumah tangga, istri, sekaligus ibu bagi anak-anak. Pokoknya jangan sampai jadi wanita karir yang lebih sering di tempatt kerja, berangkat pagi, pulang malam, anak dititipin pengasuh, rumah diurusin pembantu. Ya gak pa2 sih kalo  pahalanya mau direbut sama pembantu. Hehehe
R      : Hm...adek ini. ya gak pa2 lho ikut nulis aja sesuai persepsi anti tentang perempuan.
A      : (Asline ki ada juga alasan males mau nulis atau belum sempet hahaha)

Ya ini tentang perempuan. Bagaimana pun kewajiban perempuan yang lebih utama setelah menikah adalah terhadap keluarganya,suami dan anak-anaknya. Mungkin beberapa orang berpandangan mengurus rumah tangga itu adalah pekerjaan yang gampang dan banyak nyantainya. Meskipun saya sendiri belum mengalaminya tapi cukup tahu bagaimana kesibukan ibu rumah tangga, meskipun terkadang suaminya juga turun tangan ikut membantu. Apalagi tentang mendidik anak. Ini bukan pekerjaan yang mudah. Butuh treatment khusus:) Apalagi kalo anaknya banyak, masih kecil-kecil pula. Bagaimana pun ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Anakmu investasi akhiratmu :) So, jangan sampai suami dan anak kita merasa belum terpenuhi haknya karena kita lebih fokus pada pekerjaan yang lain diluar rumah.

Ahad, 16 Rabiul Tsani 1435 H #Perjalanan menuju Surabaya

Jumat, 14 Februari 2014

Kondisi di Sekitar Rumah Pasca Hujan Abu

Keadaan di sekitar rumah setelah hujan abu dan kemudian diguyur dengan hujan air yang deras :) 
Jalan depan rumah 

Sisa-sisa debu yang diguyur hujan

kondisi jalan  setelah hujan. Kabarnya sebelum turun hujan ketebalan debu yang melapisi jalan mencapai 2 cm

Beberapa tanaman mengalami kerusakan

Pasir di pinggir aspal

kondisi samping rumah pasca hujan
Beberapa tanaman petani mengalami kerusakan karena tertimpa hujan abu. Ada juga yang merasa diuntungkan karena halaman rumahnya dilapisi debu, rumah yang dalam masa pembangunan. Kebersamaan masyarakat pun terlihat saat gotong royong membersihkan jalan Semoga tetap berbaik sangka pada Allah dan mengambil hikmah atas kejadian tersebut^^ Semoga masih ada rasa empati terhadap saudara kita di sekitar gunung kelud yang mengalami lebih banyak kerugian  #Pray n Action for Kelud


Kamis, 13 Februari 2014

14 Februari 2014


Februari yang katanya bulan kasih sayang, bikin virus pacaran makin akut. Buat yang belum pernah ngerasain yang namanya pacaran JANGAN coba-coba deh. N beruntunglah buat kamu yang keburu insyaf dari kegiatan “truk gandeng” sebelum jatuh ke baku syahwat.

Saling menyukai lawan jenis, pengin punya someone special disisi kamu itu wajar n memang fitrah manusia. Justru gawat n bahaya kalau yang terjadi sebaliknya. Loh, jadi pacaran boleh??? Eits....tunggu dulu, tergantung kapan kamu mengekspresikannya. Kalau pacaran SETELAH nikah sih boleh-boleh aja, dapet pahala malah. Nah, kalau BELUM halal justru datengin musibah n 2000% bakalan RUGI. 

Kerugian 1 : Pacaran termasuk kegiatan yang ngabisin waktu n kurang kerjaan. 
<kalkulasi aja waktumu buat pacar>
Kerugian 2 : Pacaran ngabisin duit. 
<mana ada pacaran MMK, modal muka doang>
Kerugian 3 : Pacaran bikin korban perasaan. 
<selama masa pacaran pasti kamu dihantui perasaan takut n was-was kalo si dia selingkuh. “Ah nggak mungkin, cowok/cewekku setia kok?”, itu di depan kamu tapi di belakang kamu???>
Kerugian 4 : Pacaran adalah temannya SETAN.
<ini bener, bukan nakut-nakutin. Inget sabda Rasulullah??
“Tidak boleh sekali-kali seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita melainkan ketiganya adalah setan (Riwayat Ahmad)>
Kerugian 5 : Pacaran bikin GALAU.

<gimana nggak galau? Pacar nggak bales sms lah, nggak nelpon lah, nggak malming lah...cmcmcm>

Sebenernya udah banyak yang tahu kerugian pacaran, tapi kenapa ya kok penggemarnya melonjak??? Ada yang bilang pacaran itu masa penjajagan sebelum menikah biar nantinya nggak kayak ‘beli kucing dalam karung’. Rasional sih, tapi coba deh dipikir lagi. Semisal kamu mau beli motor, boleh nggak sama dealernya kamu cobain, dibawa kesana kemari trus baru kamu beli???

Jomblo itu pilihan. Bangga aja kalo kita jadi jombloers akut. Memilih ngejomblo karena menurut kita itu yang terbaik daripada pacaran. Mending NELANGSA kesepian tapi TERHORMAT, daripada DIPERHATIIN seseorang tapi terancam LAKNAT. Biar jomblo asal shaleh/shalehah, why not???

Beruntunglah jomblowan-jomblowati, nggak usah galau, cukup perbaiki diri. Jaga iman, ilmu, dan akhlaq. Good women are for good men. Allah SWT knows the best for us. Trust Him, it works. Kalo kamu ditanya “Mau nggak punya pacar?”, bilang aja begini :” aduh, maaf. Saya belum menemukan alasan yang tepat buat melepas masa jomblo saya, kalo melepas lajang sih boleh, hehe. Jomblo itu pilihan, bukan kesengsaraan !! Mari jadi JONES, Jomblo with Happiness”.. 

Oh ya, sebagai pelengkap. Kata Allah SWT dalam QS. Al-Isra:32 : “ Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” 

Deket-deket aja nggak boleh, apalagi sampai ngelakuin. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Setuju kan....??? So, hari gini pacaran? Apa kata akhirat?? 

----------------------------------------“”””””””””””””””””””----------------------------------------
Dikutip dari majalah ELFATA <Edisi 02 Vol.14 tahun 2014

14 Rabiul Tsani 1435 H


Pagi sehabis subuh, sekitar jam 04.45 aku meluncur ke stasiun Gubeng, beli tiket kereta buat pulang  jaga Physics Summit rayon Madiun. Saat mengambil motor di depan kontrakan seperti merasakan hal yang aneh. Motorku terasa sangat berdebu. Kupikir itu ulah kucing nakal yang biasanya suka main2 di atas jok  motor di parkiran depan kontrakan. Eee...ternyata semua motor berdebu, sepertinya bukan ulah kucing. Seperti habis ada angin kencang tadi malam. Tanpa berpikir lebih panjang lagi aku langsung pergi menyusuri jalanan. Suasana masih gelap dan lumayan sepi. Sepertinya ada yang aneh lagi, jalan-jalan aspal dilapisi debu, beberapa saat langsung nyadar kalo sedang hujan debu. Bisa kerasa banget apalagi gak pake masker. Nyampai stasiun jilbab warna coklat gelap yang kukenakan semacam berubah warna menjadi putih keabu-abuan.

Di perjalanan pulang dari stasiun masih berpikir ini hujan debu darimana. Tiba-tiba ingat kalau baru-baru ini ada berita gunung kelud mulai aktif. Jangan-jangan ini abu letusan gunung kelud. Sampainya kontrakan dengan kondisi pakaian yang penuh dengan debu, ditanya teman-teman kemudian kuceritakan tentang hujan debu. Mereka kaget dan menengok keluar. Ternyata memang benar. Menengok ke arah langit, terlihat suram. Beberapa saat kemudian ada sms jarkom angkatan kalau gunung kelud meletus. Eh, ternyata katanya temen2 aku ketinggalan info, itu sudah meletus sejak jam 22.49 tadi malam. Beberapa teman2  memang lebih tau duluan sejak tadi malam karena dikabari keluarganya yang berada di kediri.

Jalan-jalan sekitar Surabaya dilapisi debu. Pengguna jalan banyak yang memakai masker.Karena suasana dan cuaca yang tidak mendukung, Jarkom bahwa ITS diliburkan hari ini pun tersebar.

Kabarnya yang di daerah dekat gunung kelud,  sekitar Kediri, Pare, dan Blitar malah lebih deras hujan debunya, ditambahi batu dan kerikil. Sempet lihat keadaan daerah sana dari foto yang dikirim teman yang berada di sana. Debu menutupi jalanan sudah mencapai 6 cm tadi pagi. Para relawan mulai turun tangan membantu warga sekitar sana. Sms jarkom peduli bencana pun mulai berdatangan. Masyaallah.

Dapat kabar tentang kondisi di Magetan juga hujan debu, bahkan sampai siang tadi sekitar jam 12.00 dapat kabar dari orang rumah kalau sampai sekarang masih gelap suasananya. Di Madiun juga sama ,malah lebih parah. Lihat di foto kiriman dari teman tentang keadaan disana yaitu sekitar Madiun kota. Lebih suram suasananya, aspal sudah tak terlihat, hujan debu lebih tebal yang mengaburkan pandangan pengguna jalan. Memang berdasarkan berita arah angin yang membawa abu letusan itu ke barat. Jadi keadaan di daerah sebelah barat seperti Magetan, Jogja, lebih banyak kebagian hujan debu. Kampus2 di jogja pun diliburkan.

Semoga kita senantiasa dapat mengambil hikmah di setiap ujian. Dengan ujian ini semoga membuat manusia semakin berpikir dan bersabar. Yang tertimpa musibah bersabar, yang merasa saudara mengulurkan tangan. #Pray n Action for Kelud

Alhamdulillah sekarang hujan air :) Allahumma Shoyyiban nafi'a :)
#Menjelang pulang ke Magetan

Selasa, 11 Februari 2014

^^

Adalah satu hal yang sama antara aku dan dia. Saat kami harus menemui takdir yang sebenarnya tidak kami ingini, biasanya dalam situasi begitu, dakwah yg menghibur kami.


Inilah hidup. Saat mimpimu harus berubah karena takdir Allah, ikhlaslah. Mmm..at least nikmatilah prosesnya menuju ikhlas. Toh masuk surga itu banyak jalannya. Jadi jangan terlampau sedih saat salah satu dari mimpi2mu hilang. Seperti cerita yg lalu2, biasanya Allah akan datangkan penghibur hati yg menentramkanmu. dan biasanya itu adalah tentang dakwah. Sungguh, nikmat Allah itu luas :’)
#miss you my sist :)

Minggu, 09 Februari 2014

Syuro' Bergembira :D


Syuro' TIM PKM-M didanai dari squad KAMMI

Sedikit ringkasan taujih penutup sebagai penambah semangat pagi ini : 

Dina : Meluruskan Niat, bukan hanya untuk PIMNAS, tapi untuk membantu serta memberdayakan masyarakat dan diselipkan nilai-nilai islam

Afida : setiap manusia akan memperoleh sesuai apa yg diusahakan ,seperti dalam QS.An Najm : 39

Frendi : Tetap semangat, berusaha, berdoa, dan fokus

Ita : Bismillah, kami adalah para pejuang PKM-M Bunaken yang tangguh dan bertakwa ^^






Hargailah Kritik yang Membangun


Kritikus Pasti Ga Beramal.
Suatu hari forum tertentu heboh dengan tuduhan satu pihak. Maka dimulailah obrolan seru dalam forum tersebut. Ada yang slow ada yang panas ada yang sinis ada yang ga mau tau.

Saya mencoba menyarankan membaca tulisan salah satu ustad yang isinya ga hanya kritik tapi juga apresiasi positif dengan beberapa saran. Kagetnya ada yang membalas saran saya dengan ungkapan

'' halah, mereka bisanya cuma ngritik, ga pernah dalam posisi pemain, ga pernah punya amal nyata''

''udah baca tulisannya ?dia cencerung pro tapi dengan beberapa saran''

''ga usah baca paling isinya gitu gitu aja, banyak kritik ga punya amal nyata''

''setahu saya ustad ini punya banyak karya lho, klo baca tulisannya pasti tau''

''ga usah mending baca yang lain''

Ini mungkin stereotipe pemikiran alam bawah sadar kita (maap bahasanya ketinggian :D) bahwa orang yang sering kritis (apalagi bukan ''komunitas'' kita) itu cuma omdo ga punya amal . Padahal kita tidak tahu itu, jangan jangan mereka amalnya lebih banyak dan lebih baik.

Ketidakmauan membaca kritik bahkan yang membangun itu sebenarnya juga menandakan ketidaktahuan dasar sesuatu yang kita lakukan (fahmu/faham atau ilmu). Karena senegatif apapun suatu kritik kalau kita faham yang mendasari amal kita maka akan mudah kita pilah pilah yang bisa kita ambil untuk memperbaiki amal kita dan yang ga usah kita gubris kritikannya.

Tidak semua pengkritik ga punya amal. Dan kita bukan malaikat maka dengarkanlah saran yang membangun.

Kamis, 06 Februari 2014

Tidak selalu harus tahu


Terkadang sesuatu itu akan lebih baik jika kita tidak tahu. Jadi ingat pelajaran PPKn kelas 3 SD : Ada 3 rasa ingin tahu yang tidak baik. 1. Rasa ingin tahu urusan pribadi orang lain, 2. Rasa ingin tahu rahasia orang lain, 3. Rasa ingin tahu kejelekan/aib orang lain. Ya ada benarnya. Coba pikirkan lagi jika muncul rasa ingin tahu terhadap 3 hal tersebut apakah ada manfaat dari apa yang kita tahu? Atau justru menambah masalah? Yang jelas belajarlah memahami perasaan orang lain :) . Misalnya, ketika seorang teman yang selama ini hubungannya baik-baik saja dengan kita, tiba-tiba ada sesuatu yang ganjil pasti timbul pertanyaan dan mencoba mengklarifikasi.

A (cewe), B(cowo)

A : Kenapa kau remove aku dari pertemanan di fb? Ada yang salah?
B : Tidak ada
A : Katakan saja kalau aku salah. Kan harusnya saling mengingatkan dalam kebaikan.
B : Tidak ada. Aku yang salah.
A : Tapi kau membuatku merasa bersalah. Tidak apa-apa, katakan saja apa salahku.
B : Kau tidak salah. Biasa saja. Aku yang bermasalah.
A : Bermasalah karena aku?
B : Afwan,terlalu sulit untuk diungkapkan.
A : Yasudah aku minta maaf jika memang aku salah. Tolong diingatkan kalau memang aku berbuat salah.

Karna B memang benar-benar tidak ingin menceritakan masalahnya, A tidak bisa memaksa. Hanya bisa instrospeksi diri dan mendahulukan untuk minta maaf. Ketika seseorang memang tidak ingin menceritakan masalahnya meskipun kita sudah mencoba mengklarifikasi, perlu dipahami bahwa tidak semua orang mudah menceritakan masalah mereka. Mungkin saja memang akan lebih baik jika kita tidak tahu. Apa dengan kita tahu dapat menyelesaikan masalah atau justru akan menambah masalah? Perlu dipikirkan juga hal itu. Kalau mau berhusnudzon, yakin saja dia yang lebih tau dengan dirinya, dia bisa menyelesaikan masalahnya, atau ada orang lain yang lebih bisa membantu menyelesaikan masalahnya, yang jelas memang Allah lah tujuan terbaik untuk mengadu. Terkadang mengadu pada manusia tidak selalu bisa menyelesaikan atau menentramkan hati. Tapi ketika semuanya kita pasrahkan pada Allah, berdo’a dan berserah diri insyaallah ketenangan jiwa itu akan kita raih.  Do’akan saja yang terbaik untuknya.  Kalau katanya cowo itu lebih menggunakan logika, sedangkan cewe lebih ke perasaan. Maklum kalau gitu jika cowo itu tidak mudah curhat/menceritakan masalahnya ke orang lain. Biasanya dipikir sendiri(setau saya).

#Memandang bintang di langit ditemani semilir angin di bawah pohon kamboja
#Surabaya, 7 Rabi’ul Tsani 1435 H