Beberapa waktu lalu sempat
memperselisihkan kata yang bisa dibilang sudah menjadi “adat” di Surabaya yaitu
“J****K” . Kata itu sangat kasar jika diucapkan di daerah saya dan berbagai
daerah lainnya, namun di Surabaya rasanya tak asing mendengar kata itu, malah
digunakan sebagai sapaan keakraban. Misalnya” Hei J****K piye kabare?” Atau
biasanya disingkat “C**”,katanya sih sudah menjadi adat.
Y : Emang bilang J***** dosa ya?
A : Kasar Bro
Y : Tapi kan disini sudah menjadi adat.
Bukankah kita harus menjunjung adat dimana kita bertempat ?
A : Kalau adat itu buruk buat kita
ngapain juga diikuti. Lagian bahaya lho kalo sampe kebiasaan itu kebawa atau
keceplosan kita ucapkan di kampung kita .
Y : Ya memang di daerah kita kasar, tapi
tak apalah kita menyesuaikan dengan kebiasaan disini. Lagian lho ngucapinnya
kan bukan karna emosi tapi untuk sapaan keakraban yang sudah menjadi”budaya”
disini. Lagian lho emang apa makna kata itu?
A : #Mikir... wah kurang tau juga. Yang
jelas sejak pertama mendengar dan kenal kata itu berpersepsi bahwa maknanya
negatif dari tanggapan orang-orang sekitar. Ya lagian kalo gak tau maknanya
ngapain ikut-ikutan.
Y : Emang di Al Qur’an ada kalo bilang
J***** itu gak boleh?
A : Ya jelas gak ada lah kata itu-,-“,
tapi tersirat di ayat yang lain. Kita tidak boleh memanggil seseorang dengan
gelar atau sebutan yang buruk. Ada di surat Al Hujurat ayat 11. Selain sapaan
J***** biasanya kan ada juga yang nyapa temannya pake nama-nama binatang gitu
(ex : An****, Ka******, dll yang biasanya kita dengar).Emang mau disamain
dengan binatang atau hal-hal yang buruk?
Saya memang tidak begitu tau makna kata
itu, namun sejak kecil memang sudah tertancap di pikiran bahwa kata itu kasar
dan tidak senonoh. Akhirnya saya searching di google beneran makna kata itu
lalu kukirimkan lewat pesan fbnya. Dan memang maknanya kasar. Hm,,, jadi yang
selama ini fine2 aja disapa dengan sebetan seperti itu kok mau ya? Atau ga tau
maknanya? Atau ya katanya sudah menjadi kebiasaan. Orang macam mana yang mau
dipanggil dengan sapaan yang buruk? Tapi memang terkadang hal tersebut dianggap
biasa karna sudah menjadi kebiasaan.
...Janganlah kamu saling mencela satu
sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan adalah(panggilan) yang buruk(fasik) setelah beriman.
Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulak orang yang zalim. (QS.Al
Hujurat:11)
Saya memiliki kakak yang unik(red:usil).
Dia menamai teman-teman di kontak hapenya dengan kreasi nama sifat yang unik,
tapi bermakna baik. Diantaranya :
Aji Ajiib, Aji bagus, Ajun ahsan,
Fata faqih, Yani bening, Eco cerdas, Syan syumul, Farah fine, Fay saliim, Tini
tulus, Wieit shalihah, Hendri hopefully, Tika taqwa, Sudarsih so sweet,
Prehaning strong, Nourma nice, Mumun munawaroh, Ipong inspiring, Hikmah baik,Esrie
sincerely, Emi fine, Citra chantiq, Atul amanah, Ardi haroki, dan lain lain.
Ada-ada saja tu orang. Terlebih
lagi terselip sebuah niatan semoga nama sifat menjadi kenyataan atau menguatkan
yang sudah ada pada mereka. Menjembatani antara kondisi dan harapan, adalah
dengan do’a. Memberi nama sifat adalah salah satu cara berdo’a^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar