Sabtu, 29 Juni 2013

Puisi aneh yang kubuat 3 tahun yang lalu :D


Aku tahu yang kau tahu
Sepertinya kau tak tahu kalau aku tahu
Namun aku pura-pura tak tahu
Karna yang ku tahu
Akan lebih baik jika kau tak tahu
Aku mungkin salah
Bukan mungkin, tapi memang tidak salah
Kau yang membuatku salah
dan merasa bersalah
Sehingga semuanya serba salah
Karna kau salah mengartikanku

Senin, 24 Juni 2013

Jika Harapan Tak Sesuai Kenyataan

Harapan, pasti semua orang menanamnya. Setiap orang pasti memiliki harapan yang ingin dicapai. Bagaikan menanam sesuatu yang kelak ingin memetiknya dan mendapat hasil yang memuaskan. Tentu saja harapan layaklah disertai dengan usaha, dan do’a, tak lupa tawakal.

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS.An-Najm:39)

“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan.” (QS. Al-Mu’min: 60)

Ya, usaha dan do’a adalah sepaket. Urusan hasil kita pasrahkan pada Allah. Lalu bagaimana jika yang menjadi harapan tidak tercapai ??? haruskah marah pada Allah? Putus asa??. Mulailah introspeksi diri, apakah ada yang salah dengan hubungan kita kepada-Nya?Apakah kita yang kurang mendekat pada-Nya? Kalau kata Pak Salim A.Fillah" Payah yang amat mencabik jiwa ketika banyak bicara TENTANG-Nya, tapi sedikit bicara DENGAN-Nya#mak jleeb banget. Okee,Tetaplah berhusnudzon kepada Allah. Yakinlah Dia memiliki skenario terbaiknya untuk kita. Yakinlah Allah memiliki cara terbaik untuk menjawab do’a kita. Boleh jadi sesuai yang kita minta, atau dijauhkan dari petaka, atau diberi yang jauh lebih baik darinya, atau ditunda sampai tiba saat terbaik menurut-Nya, atau disimpan sebagai kejutan kelak di surga. Wallahua’lam bishawab. Yakinlah dengan rencana dan kuasa-Nya^^

Tulisan ini sebenernya berhubungan juga dengan musim IP yang marak sekarang. Apapun hasilnya, mari kita syukuri^^
Bagi yang mendapat nilai BC, ingatlah yang mendapat nilai C pasti lebih kecewa
Bagi yang mendapat nilai C, ingatlah yang mendapat nilai D pasti lebih kecewa
Bagi yang mendapat nilai D, ingatlah yang mendapat nilai E pasti lebih kecewa
Bagi yang mendapat nilai E, ingatlah yang gak ketrima di (Fisika) ITS lebih kecewa
#intermezzo, karena ane jurusan FIsika ITS bro.hhehe

SEMANGAT PERBAIKAN^^

“...Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu. Dan jika kamu mengingkari(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)



Baby Sitter

Edisi pulkam kali ini selain ke dokter yaitu jadi baby sitter. Siapa coba yang ga mau jadi baby sitter bocah unyuu gini...





Yap inilah keponakan pertamaku, cucu pertama ibu dan bapakku, Rafa namanya. Sungguh menggemaskan sekali. Selalu ada yang baru dari perkembaangannya ketika bertemu aku. Dulu pertama ketemu pas baru lahir, masih belum bisa melihat. Edisi pulkam ketemu Rafa selanjutnya udah bisa ketawa dan dililing,  Edisi selanjutnya sudah bisa nyangga kepala dan tengkurap, Lalu pas ke Jogja kemaren dia udah bisa merangkak  dan duduk. Dan sekarang ketemu lagi udah semakin gesit dia. udah susah disuruh diam, ada-ada saja yang dilakukan. Udah pinter minta ini itu, kalo punya keinginan tunjuk2 jari ke arah yang ingin diraih sambil berceloteh ga jelas gitu :D Semkin lucu saja. Walau capek ngawasin dia tapi tetep seneng aja ^^  Okee, ammah mau balik lagi ke Surabaya, ntar pas ketemu Rafa udah jalan yaa, atau lari^^


Minggu, 23 Juni 2013

Hati-Hati dengan Jabatan

http://asysyariah.com/hukum-meminta-jabatan.html

Perang Pemikiran

Perang pemikiran(ghozwul fikr) merupakan fenomena yang marak di kalangan umat islam saat ini. Memang tidak menimbulkan kematian, namun dapat mengeruk sebuah idealisme ataupun pedoman. Katakan saja masalah adat istiadat dan agama yang berubah tidak sesuai dengan nilai-nilai yang benar. Ghowzul fikr dapat terjadi melaluli beberapa sarana diantaranya food, fashion, fun, dan football. Umat islam diasupi secara perlahan-lahan sehingga melunturkan nilai2 keislaman serta menjauhkannya dari ajaran Allah. Parahnya lagi yang diperangi gak sadar kalau mereka sedang diserang.


Arrahmah.com/Muslimahzone.com - Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus.
Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah “Penghapus!” Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat.
Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah “Penghapus!”, jika saya angkat penghapus, maka katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali.
Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. “Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.” “Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-muridnya. “Paham Bu Guru” “Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet.
Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?” Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil. Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet. “Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…”
“Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan.” “Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?” tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo’a dahulu sebelum pulang…”
Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.
***
Ini semua adalah fenomena Ghozwul Fikr (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Musuh-musuh Islam berupaya membius ummat Islam untuk merusak aqidah ummat generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa.

“Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu.”(QS. At Taubah:32).

Marilah berhati-hati kawan, Mari mendekatkan diri dan memohon kepada Allah agar senantiasa dalam lindungan-Nya, berada pada jalan yang lurus dan dijauhkan dari kebathilan.




Yang Halal, yang Barakah


Jalan-jalan ke Madiun sama ibuk. Gak sekedar jalan-jalan pastinya ada keperluan yang dicari. Setelah selesai muter-muter membeli ini dan itu kami mampir ke siomay yang menjadi langgananku sejak SMP. Lebih tepatnya mbakku yang berlangganan duluan dan akhirnya aku pun keseret dan membuat teman-teman yang kuajak kesitu menjadi ketagihan dan juga ikut sering mengunjungi(ya maksudnya beli gitu, gak sekedar mengunjungi :D ). Siomay di warung sederhana di Jalan Serayu, namanya siomay THOYYIBAH(tak apalah sebut merk). Memang kurasa belum ada yang menandingi kelezatan siomay disitu.#bukanpromosi...(Tapi kalo mau disebut promosi tak apalah, mempromosikan dagangan saudara sesama muslim tak ada salahnya^^). Selain itu saya percaya sama penjualnya, beliau adalah seorang ‘alim yang ahli”ngaji”. Yang dijualnya insyaallah halalan thoyyiban, Halal lagi baik sesuai namanya donk(Siomay Thoyyibah).

Terkadang  mikir juga tentang makanan-makanan yang selama ini saya beli di jalan-jalan,,,eh maksudnya di warung-warung pinggir jalan gitu. Kan kita gak tau ya proses pembuatannya. Apakah didapat dan diproses dengan cara yang halal? Jika daging apakah hewan tersebut disembelih dengan menyebut nama Allah? Bukannya bersu’udzon, namun berhati-hati.

Ada juga lho orang yang bener-bener gak mau beli makanan di luar kalo gak bener-bener terpaksa. Ya karna dengan alasan kemungkinan-kemungkinan yang saya sebutkan diatas. Kadang kita pernah mikir bukankah hukumnya tidak apa-apa jika memang kita tidak tahu? Pada yang sudah terlanjur dan kita tidak tahu bukankah diampuni oleh Allah? Ya,memang diampuni. Namun pengaruh unsur haram pada tubuh tidak serta-merta ikut luruh. Sedangkan anggota tubuh yang tumbuh dari barang haram, mudah beresonansi dengan frekuensi kemaksiatan dan menghalangi pancaran do’a kita kepada Allah.

Suatu hari, di hadapan para sahabat, Rasulullah membacakan dua ayat, Surah Al Mu’minun : 51 dan Surah Al Baqarah: 168 yang memerintahkan para Rasul dan semua insan memakan rezeki Allah yang halal dan baik. Beliau kemudian bercerita tentang seorang musafir di padang pasir, yang berpuasa, yang bekalnya dicuri kawan, dan yang tersesat dalam perjalanan, lalu sang musafir mengangkat tangannya ke langit untuk berdo’a : “Ya Rabb! Ya Rabb!”.

“Tetapi bagaimana mungkin dikabulkan,sementara yang dimakannya haram, yang dikenakannya pun haram,”ujar Nabi. Padahal orang yang disebut dalam kisah memiliki 4 keutamaan yang menjamin do’anya terkabul: musafir, berpuasa, terdzalimi, mengangkat tangan. Tetapi perkara haram yang melekat tubuh, telah menghalangi sampainya do’a ke sisi Allah. Jadi tertolaknya do’a, boleh jadi sebab adanya hal haram yang tumbuh di tubuh. Naudzubillahimindzalik...

Ada suatu kisah lagi tentang Abu Bakar Ash-Shidiq. Suatu hari beliau pulang saat sang istri menyediakan roti beserta kuah daging di meja makan. Karena lapar maka dinikmatinya segera hidangan tersebut tanpa bertanya asal-usul hidangan di meja sebagaimana kebiasaannya. Sang istri menegur dan mengatakan bahwa hidangan tersebut dari tetangga. Akhirnya tahulah bahwa yang memberikan hidangan itu ternyata adalah tukang ramal. Dengan sigap beliau susupkan tiga jari ke pangkal lidah, dan dimuntahkannya semua makanan yang sudah terlanjur tertelan.Subhanallah, begitu gigihnya mencegah dan menghindarkan diri dari segala sesuatu yang haram.

Bagaimana dengan kita? Apakah yang melekat pada diri kita selama ini adalah yang halal lagi baik???#introspeksi. Sesuatu yang haram jika melekat pada diri kita dapat menghalangi sampainya do’a kita kepada Allah dan cenderung mendorong untuk berbuat ke arah maksiat. Maka layaklah kita berhati-hati dan waspada. Semoga Allah menjaga diri kita dari segala hal yang demikian. Semoga kita semua disucikan Allah lahir dan batin, jiwa dan raga. Jika halal yang melekat maka barakah yang didapat^^

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah Allah rizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”    (QS..Al Maidah:88)


Sabtu, 22 Juni 2013

Kenjeran Menawan...

Pantai kenjeran yang terkenal di Surabaya, memang menawan, kalau pagi sih...sering kesana sama temen-temen kontrakan habis subuh, menikmati suasana pagi di sekitar kenjeran yang menyejukkan. . .





Jalan-jalan ke pantai yang paling menyenangkan menurutku. Seneng aja melihat hamparan air luas tanpa batas, deburan ombak yang seru, dan lembutnya pasir  pantai cukup asyik untuk bermain-main. Sayang kenjeran sudah lumayan tercemar. Coba aja bisa dikuras tu biar ga keruh :D #ngawur.com

Lawu Amazing ^^

Lawu Amazing,,, sepertinya begitu. Meskipun belum pernah kesana, namun cukup ku dengar cerita dari mereka yang mernah menjangkau sampai puncaknya, dari foto2 yang kulihat juga sih... memang keren dah. ini beberapa fotonya, dapat dari teman yang berusaha mendaki kesana meskipun belum sampai puncaknya. hanya 3 akhwat, sangar memang. Foto ini diambil saat proses pendakian.





Keren bukan?^^ Ya serasa diatas awan. Berharap suatu saat bisa mencapainya...meskipun belum kesampaian sekarang. Dulu kalau gak salah beberapa tahun yang lalu pernah update status :
" Hanya bisa memandangnya dari jauh. Berharap suatu saat dapat mencapainya. Bersama orang yang Allah kehendaki pastinya^^". Memang selama ini hanya bisa memandang lawu nan indah menjulang tinggi dari jauh saja. Karna memang kelihatan dari desaku. Biasanya kalo pagi waktu mau berangkat sekolah, saat melewati hamparan sawah, bisa terlihat birunya lawu yang indah berpadu dengan awan putih dan semburat sinar mentari pagi. Tak heran jika yang melihatnya terkagum dan berucap"Masyaallah^^". Ya itulah Kuasa Allah..
Memang terlihat dekat jika dipandang dari desaku. Padahal aslinya jauuh bro,1 jam-an lebih..untuk sampai di kakinya aja. hhehe...Tapi tetap saja keinginan untuk menjangkau puncaknya masih tertanam di benakku(ciee..). Orang bijak bilang kalau pengen tahu sifat temanmu yang sebenarnya ajaklah dia mendaki gunung, maka akan terlihat sifat aslinya. Selain itu pastinya banyak hikmah yang bisa diambil saat mendaki gunung. Pasti bisa insyaallah suatu saat jika Allah menghendaki. Kemaren sempat bilang ke bapak mau kesana malah dimarahin "Ngapain juga ?kurang kerjaan. bahaya, ga tau apa ada orang ilang pas kesana..bla...bla...bla..." celoteh bapak. ya ya ya kudengarkan dengan seksama. Bapakku walaupun gokil tapi mainstream juga,hehe. Kalau kata senior sebut saja X, bilang kalau ndaki gunung pas udah nikah aja, jadi sama suami sehingga ada yang totalitas menjaga kita :D Sempet berpikir gitu juga sih, ya emang ada benernya. Karna memang lebih aman jika bersama mahram. Tapi sama temen2 akhwat ga pa2 sih, asal ada kemauan, keberanian, komitmen, dan perjuangan aja (opo aeee,,,:D ) . Masak harus nunggu nikah-,-" Tunggu aja waktu yang tepat, entah siapa yang Allah kehendaki itu, temen2 atau suami, Its OK lah^^ Pengen beli nasi pecel di puncak lawu.

Apa yang bisa aku berikan???


Baru 24 jam dirumah (red:kampung halaman). Rasanya sudah lama sekali meninggalkan kampung halaman(padahal baru 2 tahun). Aku pun tak ingat kapan terakir kali pulang kampung. Serasa banyak sekali yang berubah. Mulai dari bangunan di sekitar, tiba-tiba baru sadar muncul beberapa bangunan baru di desaku tercinta ini. Kadang aku agak lupa sama anak-anak kecil di sekitar kampungku, karena yang dulunya masih kecil ternyata sudah pada gede-gede yaa...Memang banyak yang berubah seiring berjalannya waktu.

Terkadang sempat merenung. Waktu kok berjalan sangat cepat yaa... Perasaan baru kemaren aku maen petak umpen di semak-semak sana(sambil memandang hamparan luas dengan hijau tanaman yang menyejukkan), baru kemaren aku menikmati keceriaan bersama kawan-kawan sekitar, berlari-larian, mbolang ke sawah-sawah, memanjat pohon talok (entah apa nama lain dalam bahasa indonesia) dan jambu, memetik mangga, nyari tebu dan ceplukan, sampai sembunyi-sembunyi dari pemilik sawah gara-gara menginjak-injak tanamannya. Selain itu juga mbolang ke kali, main rumah-rumahan, bakul-bakulan, dan sebagainya. Rasanya masih membekas sekali cerita-cerita seru, lucu, dan gokil tersebut.

Dan ternyata sekarang... sudah sampai ke tahap pendewasaan , aku sudah MAHASISWA, dengan jiwa muda dan tekad membara. Ya sepertinya bisa dibanggakan dengan gelar tersebut. Masa-masa dimana sibuk mengembangkan dan mengupgrade diri, mulai bergelut dengan berbagai organisasi, menghadapi berbagai ”warna-warni” kehidupan dunia kampus. Mahasiswa pastinya tak asing dengan kata “kontribusi”  yang diberikan di setiap organisasi/kegiatan yang diikuti di kampus. Jika sense of belonging dan kontribusi yang diberikan begitu tinggi biasanya disebut totalitas.

Lalu kembali berpikir dengan keadaan dan kondisi disini, tempat dimana aku dibesarkan dengan kasih sayang, tempat dimana aku banyak belajar dari sekitar. Apa yang sudah bisa aku berikan?? Rasanya belum ada. Memang tidak mudah menghadapi masyarakat awam, namun tak salah untuk diperjuangkan. Tidak banyak atau bisa dihitung jari masyarakat yang melanjutkan study di perguruan tinggi. Entah saat ini rasanya masih sendiri, Namun tak boleh jadi alasan untuk menyerah... Ayo pikirkan dan usahakan untuk perbaikan ke depan^^
                                               
                                                                               Magetan,22 Juni 2013, 16:07
                                                                                                                               

SAAT BINTANG MEREDUP


Benar apa yang dikatakan ustadz Anis Matta, tak selamanya pahlawan berkubang dalam keemasan di setiap detik hidupnya. Bahkan mungkin hanya ada satu momen besar dalam hidupnya. Sisanya... berkisar kesedihan, jatuh, tertekan atau mungkin hidup yang datar saja. Karena itulah manusia. Hamba yang diciptakan Allah penuh dengan keluh kesah dalam hidupnya. Bila ujianNya berhasil dilalui layaklah dia menjadi bintang, atau paling tidak tergores namanya di sudut-sudut langit.

Seorang penulis terkenal misalnya. Dengan lentik-lentik jemarinya yang menari diatas tuts keyboard komputer, dia bisa merayu manusia menuju kebaikan, dia mampu kobarkan semangat jihad para pejuang, bahkan diapun dapat meruntuhkan jiwa-jiwa pendosa. Tapi, suatu ketika kelak mungkin, dalam hidupnya hamba hadir cobaan hingga jiwa yang begitu tinggi di mata pembaca menjadi lemah di hadapan seorang teman sejati. Naifkah?

Apakah kita hendak mengukur kehebatan pahlawan dari sisi manusianya? Bila kita memandangnya sebagai manusia, itu adalah sebuah kewajaran karena manusia adalah seorang hamba. Seorang yang kadar keimanannya bisa naik bisa turun.

Apakah kita hendak mengukur kehebatan pahlawan dari sisi ilmunya? Bila kita memandangnya sebagai seorang ulama, itu adalah sebuah kewajaran karena ulama adalah manusia. Makhluk yang bernama manusia yang adalah seorang hamba.

Dari sisi manapun pahlawan adalah manusia, hamba yang penuh dengan sisi-sisi kekurangan yang di bekali Allah Subhanallahu Wa Ta'ala sebagai saudara dari kelebihan. Begitu pula dengan kadar keimanan makhluk yang jiwanya ada diantara jemariNya, mudah berubah.

Lalu, saat kita hendak mengadili bintang karena sinarnya yang tak lagi terang, sebenarnya sudah adilkah kita hingga pantas untuk mengadilinya?

Saat cahaya bintang itu meredup mungkin kabut terlalu tebal melingkupinya hingga dia perlukan pundak seorang sahabat untuk meluruhkan mendung dalam hatinya. Ataukah bintang itu sebenarnya hanya butuh waktu bertapa sejenak dari kebisingan dunia hingga jiwanya kembali tersucikan setelah khalwat dengan pemilik cahaya abadi. Barangkali bintang itu sebenarnya ingin mengungkapkan semua rahasia tapi malu karena dia adalah bintang, hingga hanya goresan-goresan kalimat tidak jelas menghiasi buku hariannya.

Di balik itu dalam Al-quran disebutkan bahwa setiap muslim adalah bersaudara. Atau ada ungkapan di balik lelaki yang sukses ada seorang istri yang hebat. Intinya semua hasil tidak bisa terwujud hanya karena satu, diri. Apalagi tanpa melibatkan pemilik semesta. Selain Allah Subhanallahu Wa Ta'ala, tempat memohon pertolongan dan berharap, hamba butuh seorang teman sejati yang mengingatkan ke mana harus berjalan menuju tempat pelabuhan hakiki. Sahabat sejati dapat berwujud orang tua, suami/istri, sahabat ataukah bahkan buku/ilmu.
 

Referensi : Bunga Rampai

Jumat, 21 Juni 2013

Murobbi, Aku Membencimu...



bang..
aku baru saja melangkah dalam gerimis senja melewati rumah yang dulu kau tempati. Rumah papan sederhana, hitam karena asap, dan aku masih ingat kamarmu dibagian belakang tanpa jendela. Basah telapak menapaki lagi jalan itu, sebelum aku duduk menuliskan surat ini untukmu. Dalam senyap malam basah, ingin kukatakan bahwa aku membencimu.

Aku membencimu, karena kau tidak pernah peduli dengan rasa lelahku, kau selalu memaksaku untuk datang ke halaqah, menelponku berkali-kali hanya untuk mengingatkan jadwal. Padahal aku tidak lupa, hanya malas, malas dengan rutinitas mingguan yang sama sekali tidak berpengaruh untuk nilai kuliah ku.

Aku membencimu, karena kau selalu memotong bacaanku disetiap kali giliranku membaca Alquran. Selalu saja ada salahku, qalqalahku yang tidak tepatlah, huruf ‘ain ku yang bunyinya seperti alif, huruf izhar yang kubuat berdengung. Sehingga aku terlihat terbata-bata dan selalu kebagian jatah membaca Alquran paling lama dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Aku terlihat begitu bodoh di depan teman-teman, dan pada akhirnya aku lebih memilih datang terlambat agar bisa melewati sesi membaca Alquran.. Tetapi lagi-lagi kau memarahiku karena aku datang terlambat. Huh.

Aku membencimu, karena kau selalu bertanya tentang amal yaumiku. Untuk apa? Bukankah itu urusanku dengan tuhanku. Cukuplah malaikat saja yang mencatat setiap amalanku, tidak perlu rasanya kau turut terlibat dalam pekerjaan malaikat. Tapi tidak, kau seperti malaikat di dalam kubur, kau tanya shalatku, puasa sunatku, dhuha ku, tahajjud ku dan tentu saja aku lebih banyak menjawab dengan gelengan kepala. Dan push up berkali-kali akan langsung jadi bayarannya. Hah.

Aku membencimu, karena kau selalu menambah tugas-tugas kuliahku dengan memintaku untuk membaca dan meresume buku yang kau rekomendasikan. Membaca buku Fiqh da’wah nya Mustafa masyhur yang begitu tebal. Kitab tafsirnya Ibnu Katsir, Sirah Nabawiyahnya shafiyurrahman al mubarakfury dan belum lagi tugas untuk mengahafal hadist arbain serta juz 30. Itu semua makin mempertinggi tumpukan tugas-tugas yang membebani hari-hariku.

Sungguh aku begitu membencimu, setahun bersamamu, kau membuat hidupku menjadi sempit, tidak boleh membaca komiklah, tidak boleh mendengarkan musiklah, tidak boleh menyanyikan lagu-lagu pop, tidak boleh terlambat shalat, sampai urusan farfumku pun kau permasalahkan. Hah, duniaku semakin kecil jika sudah berada didekatmu, taujihmu akan panjang lebar jika ada satu salah yang kau temui padaku.

Satu tahun berlalu bersamamu dalam kungkungan

Dan sungguh teramat kebencianku padamu, karena kau pergi begitu saja tanpa satu pesanpun untukku. Kau pergi disaat aku ingin untuk berubah, disaat aku ingin memperbaiki bacaan Alquranku bersamamu, kau pergi ketika aku butuh bimbingan yang lebih erat.

Bang..

Gerimis telah runtuh menjadi hujan, ia pun turun dihatiku, menggenangi semua. Meski ku tahu surat ini tidak akan pernah sampai kepadamu, biarlah kuceritakan pada hujan berharap ia akan mengabarkannya kepadamu, bahwa hari ini aku telah banyak berubah. Bukan lagi seperti yang dulu, aku sudah rajin membaca Alquran, tidak lagi telat untuk shalat, bacaankupun bukan lagi komik.. hanya satu yang beda, kau tidak lagi disini. Tidak di lingkaran ini, tidak juga di bumi ini.

Aku rindu taujihmu, aku rindu mendengarkan lagi bacaan Alquranmu, aku rindu menatap mata teduhmu, senyum tulusmu dan curahan ilmu darimu.. Aku pun rindu dengan sepotong roti yang selalu kau berikan disaat kita berbuka puasa, padahal itu bagianmu.

Kau telah lebih dahulu menemui apa yang dijanjikan Allah, diam-diam kau berangkat menuju Surga. aku membencimu, benci yang lebih syahdu dari sekedar cinta.

————————-
cerita diatas rencananya untuk buku : Surat Cinta untuk Murabbi.
————————-

>>>
kepada yang telah membantu meluruskan jalan hidupku, memperkenalkanku dengan jalan da’wah : para murabbi ku.

Kenangan


Gambar diatas adalah kumpulan tulisan-tulisan 5 tahun yang lalu... Biodata dan pesan kesan dari teman-teman seperjuangan di MTsN madiun. Lucu juga dulu pas mendekati detik-detik kelulusan masih menyempatkan diri untuk bikin kayak ginian^^ Dan inilah nama  teman-teman sekelasku IX C ...


Kami berada di kelas yang "katanya" (mendapat label) kelas unggulan :D Padahal sering bikin ricuh dan bikin masalah juga. Hm,,, But bagaimanapun kita satu keluarga^^ hingga tibalah pada waktu yang dinanti nanti yaitu....


WISUDA ^^  Ya inilah puncak perjuangan kita 3 tahun melewati suka duka di MTsN Madiun tercinta. Bahagia dan haru melebur jadi satu. Terlihat wajah ceria di wajah kita, guru-guru kita, dan para orang tua kita. Kita semua lulus 100% ^^ Dan bersiap untuk melangkah menuju perjalanan selanjutnya,menuju tingkat impian kita yang lebih tinggi...Walau medan yang kita tempuh tak seperti dulu lagi, but ukhuwwah never die^^ 

"Ukhuwah itu tidak terletak pada pertemuan. Juga bukan pada manisnya ucapan di bibir. Tetapi ingatan seseorang terhadap saudaranya di dalam do'anya"
(Imam Ghazali)

Semoga kapan dan dimanapun berada, senantiasa terselip do'a untuk kebaikan saudara-saudara kita^^

Taujih Keren

Ikhlas itu…. Ketika nasehat, kritik dan bahkan fitnah , tidak mengendorkan amalmu dan tidak membuat semangat punah.

Ikhlas itu… ketika hasil tak sebanding usaha dan harapan, tak membuatmu menyesali amal dan tenggelam dlm kesedihan.

Ikhlas itu… Ketika amal tidak bersambut apresiasi sebanding, tak membuatmu urung bertanding.

Ikhlas itu… Ketika niat baik disambut berbagai prasangka, kamu tetap berjalan tanpa berpaling muka.

Ikhlas itu… Ketika sepi dan ramai, sedikit atau banyak, menang atau kalah, kau tetap pada jalan lurus dan terus melangkah.

Ikhlas itu.. ketika ketersinggungan­­ pribadi tak membuatmu keluar dari barisan dan merusak tatanan.

Ikhlas itu… ketika posisimu di bawah tak membuatmu ogah bekerja.

Ikhlas itu… ketika khilaf mendorongmu minta maaf, ketika salah mendorongmu berbenah, ketika ketinggalan mendorongmu mempercepat kecepatan.

Ikhlas itu… ketika kau . wajah marah dengan senyum ramah, kau hadapi kata kasar dengan jiwa besar, ketika kau hadapi dusta dengan menjelaskan fakta.

Ikhlas itu ... Jika dberi penyakit kita sabaar menghadapinya..

Ikhlas itu…. Gampang diucapkan, sulit diterapkan….. namun tidak mustahil diusahakan...
 

Ini tentang Mengheningkan Cinta...


Ini bukan kali pertamanya aku kembali jatuh hati kepadamu Ali, ini adalah yang beribu kali. Aku mengenalmu telah lama, mungkin saat aku membuka mata di dunia ini aku telah melihatmu, mengenalmu, dan jatuh hati padamu. Ya jika memang itu mengungkapkan dan mewakili bahwa aku mengenalmu dan jatuh hati kepadamu sejak lama. Aku telah mendengar kisahmu yang seperti pahlawan besar. Menolong Ayah saat ayah dikejar oleh orang-orang yang berniat jahat dan tak menyukainya. Kau menolong Ayah, menyelamatkan hidup Ayah, padahal waktu itu kau masih sangat belia. Kisahmu itu seperti pahlawan di mataku Ali, dan sejak saat itu aku mulai mengagumimu. Kau pahlawanku.

Kau laki-laki pekerja keras, semua orang tau itu. Dibalik senyummu yang ramah, tawamu yang riang, dan semua tindak-tandukmu yang lembut bak seorang penyayang ulung. Kau  adalah lelaki tegas dalam mengambil keputusan yang pernah kutau. Walau kadang aku mengetahui sedikit sisi kekanak-kanakanmu yang tak bisa kutolerir, sebab benar-benar terlalu dan sudah kurang pantas untuk usiamu yang memasuki fase dewasa. Seperti bercanda dengan berlebihan bersama sahabatmu, bahkan sampai bernegosiasi dengan teman yang lain, untuk bertukar piring dengan makanan yang lebih banyak porsinya dari piringmu. Haha, itu lucu dan kekanak-kanakan bukan? Aku tak tau kau hanya bercanda atau itu memang benar adanya. Tapi itu tak enak untuk di pandang Ali. Kau sudah besar, dewasa, dan berwibawa adalah pilihan yang tepat untukmu saat ini. Aku tidak menghakimimu, aku hanya mengungkapkan saja apa yang selama ini mengganjal di hatiku. Kau adalah Ali yang indah, jika ditambah dengan sikap yang berwibawa. Aku tak berdusta.

Tentu aku tau Ali, saat beribu perempuan mengagumimu. Aku tidak buta, dan aku sadar kau memang sosok yang pantas untuk dikagumi. Aku tidak pernah cemburu akan hal ini, mungkin. Bahkan aku akan menjadi pendukungmu jika memang ada salah satu perempuan dari ribuan yang mengagumimu, yang memang telah Allah jodohkan denganmu. Ya, walau aku tak tau bagaimana rupaku saat datang di pernikahan syahdumu kelak.

Oh ya, mengenai kata cemburu, aku tak memiliki hak apapun untuk sedikit merasakan kata cemburu itu bukan? Sebab aku memang hanya seorang Fatimah yang mengheningkan cinta untukmu. Mungkin memang wajar saat cemburu itu datang, sebab rasa ini telah ada sejak dahulu, namun kembali lagi kepada hakikat semula dalam mencintai. Sebermula aku jatuh hati kepadamu sebab Allah yang memberikannya di hatiku, maka jika memang Allah tak menghendaki rasa ini membersamai hidupku. Aku mafhum.

Ali, aku menutupi rasaku padamu, hingga aku berharap setanpun tak mengetahuinya. Bukankah cinta ini fitrah, anugrah terindah dari Allah yang harus ku jaga? Maka sejak awal aku menyadari rasa ini padamu, sejak aku masih kecil, aku akan menjaganya, hingga bila memang Allah menjodohkanku dengan lelaki lain sebaik engkau Ali, maka rasa yang telah lama aku heningkan ini dapat kuhapus hingga..., ya, hingga setanpun tak tau. Namun jika memang Allah menuliskan jodohku di Lauhul mahfudz itu adalah namamu, syukur tak terperi aku panjatkan selalu pada sang maha pemilik hati dalam setiap cinta. Syukurku pada Rabbul izzati pemilik setiap rasa di dalam hati.

Yang kutau Ali, saat ini, saat aku menjaga hatiku dari rasaku padamu. Rasa itu tumbuh berkali-kali. Sepertinya musim semi ini, selalu datang lebih lama daripada musim gugur. Bunga-bunga itu tumbuh, dan harumnya semerbak memenuhi ruang-ruang kosong dalam hatiku.

Engkau lelaki baik, solih, dan riang yang pernah ku kenal, semoga engkau pernah mendengar ini ya. Aku yakin jika jodoh kita yang telah Allah tuliskan di Lauhul Mahfudz tak akan tertukar. Kelak kita pasti akan bertemu dengan jodoh kita. Ada dua jalan untuk bertemu. Jalan akhsan dan jalan yang Allah tak menyukainya. Jika kita memilih jalan akhsan sebagai seorang hamba yang ingin disayang Tuhan, maka jodoh kitapun seperti pantulan cermin yang berada di depan kita. Ia juga akan memilih jalan akhsan untuk melepas rindunya dalam ikatan suci pernikahan dengan kita. Namun sebaliknya juga dengan pilihan memilih jalan yang Allah tak menyukainya. Kitapun akan dipertemukan dengan jodoh kita dengan cara yang sama saat kita mencarinya.

Kita pasti akan bertemu dengan jodoh kita. Tinggal kita memilih jalan mana yang akan kelak kita lalui. Engkau Ali, aku jatuh hati padamu sedari dulu. Namun sebelum itu aku telah mencintai Allah lebih dari apapun. Aku percaya, bahwa apa yang Allah rencanakan untukku adalah yang terbaik. Aku Fatimah, memang jatuh hati padamu, berkali-kali, namun izinkan aku untuk selalu mengheningkannya. Hingga kelak, biarlah Allah yang menyampaikannya kepada hati yang tepat. Entah engkau, entah siapa.





The most inspiration of the silence love.
Fatimah Azzahra & Ali bin Abi Tholib.

Iseng Lagi :D

inilah kebiasaan usil saya, suka memotret kucing dimanapun berada...sampai punya koleksi banyak foto2 kucing. inilah diantaranya :D

Iseng^^


ternyata saya pernah menulis seperti ini ^^
(nemu di catatan lama)

Penerang

Akhwat paling tangguh yang ku kenal. Sudah seperti kakak sendiri. Sungguh aku mengaguminya dari lubuk hati yang dalam#ciie... . Luar biasa sekali dia. Banyak hal yang pada dirinya yang membuatku terpesona. Sikap tegas dan bijaknya yang memukau.Cerita hidup dan perjuangannya sungguh mengesankan dan mengharukan. Banyak sekali hikmah yang dapat kuambil dari kisahnya.  Keren dah pokoknya... Kami berjuang dalam satu lembaga dakwah yang bisa dibilang masih dalam tahap pengembangan.  Dia sebagai ketua muslimahnya. Sudah memasuki setengah kepengurusan. Terkadang saya berpikir... aku tak se keren dia, bahkan jauhh sekali mungkin,, bagaimana bisa Lembaga dakwah ini bisa lebih baik setelah anti lengser , mbak??#mikir... tapi aku tahu bahwa anti akan selalu membersamai dakwah ini^^ Harus bisa belajar banyak dari anti... terkadang sempat kepikiran , penasaran tentang siapa ya kelak orang yang akan bersanding dengan anti untuk menggenapkan dien.hhe.. Pastinya dia adalah orang yang luarr biasa^^ Uhibbuki fillah.... 
Mbak,semoga kita tetap bisa istiqomah di jalan dakwah ini... menjadi cahaya yang menerangi dan memberikan kebermanfaatan bagi umat, cahaya yang tak kan pernah padam meski diterjang angin topan... sesuai nama anti yg memiliki arti “Penerang”^^.

 

Kembali..

Alhamdulillah ... kembali ke blog. lebih tepatnya bikin blog baru ni , setelah blog lama non aktif^^
Yuuk kembali menulis. Atau pindahin tulisan di blog yang lama juga boleh(kalo ada arsipnya sih)