Senin, 23 Desember 2013

Memahami Sejarah Hari Ibu


Ketika banyak yang protes “Kenapa ada hari ibu tanggal 22 Desember, hari ibu kan harusnya tiap hari menspesialkan ibu kita “. Coba deh tengok dulu sejarahnya ^^

Mari membaca sejarah, supaya engkau tahu akar para pendahulumu...
Mari membaca sejarah, supaya engkau tahu kiprah orang-orang sebelummu...
Sekali lagi... mari membaca sejarah...
Karena orang-orang besar lahir dari rahim sejarah...


Hari ibu selalu menjadi hari istimewa untuk kita mengingat seorang ibu. Jasa-jasa yang tak terhingga, kasih sayang yang tak ternilai harganya, semua terungkap dalam satu hari ini.

Namun, hari ibu yang jatuh tiap 22 Desember menyimpan akar sejarah yang harus kita ketahui. Momentum Kongres Perempuan pertama pada 22 Desember 1928 telah berhasil mengumpulkan pejuang perempuan untuk bersatu melawan penjajahan. Kongres yang diadakan di gedung Mandalabhakti Wanitatama Jogjakarta ini telah berhasil menghimpun pejuang-pejuang perempuan dari penjuru negeri. 

Kaum perempuan bersatu untuk memikirkan bagaimana peran perempuan untuk berjuang dalam kemerdekaan. Selain itu, tema besar tentang kiprah yang harus dijalankan perempuan atas pembangunan bangsa juga dibahas beserta tema-tema tentang kesehatan dan gizi bagi ibu dan anak, upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak, dan tema-tema lainnya.

Bercermin pada semangat perjuangan kaum perempuan itulah kemudian Presiden Soekarno menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengenang perjuangan kaum perempuan untuk melawan penjajahan yang pernah menimpa bangsa Indonesia. 

Namun, zaman berganti zaman pemaknaan terhadap peringatan Hari Ibu mulai menggeser. Hari Ibu yang pada hakikatnya diperingati untuk mengenang perjuangan kaum perempuan di zaman perang kemerdekaan, kini lebih banyak dimaknai untuk mengingat jasa-jasa ibu terhadap anaknya. Pemaknaan kata "ibu" pada Hari Ibu sejatinya memang lebih melekat pada ikatan ibu dan anak, sehingga dapat dimaklumi dikemudian hari terjadi pergeseran untuk memaknai hari spesial ini selain karena akar sejarahnya yang juga mulai memudar untuk generasi zaman sekarang. Akan berbeda halnya jika hari itu dinamai Hari Perempuan, mengingat juga Kongres Perempuan pertama tersebut tidak hanya menghadirkan kaum ibu, tetapi juga kaum perempuan dari berbagai umur.

Namun demikian, tak ada salahnya memang dengan pergeseran ini selama kita mengingat akar sejarah yang sebenarnya. Berbakti kepada orang tua harus dilakukan setiap hari, dan biarkan 22 Desember akan menjadi hari istimewa dengan makna ganda, hari-hari di mana kita harus menunjukkan bakti kita kepada orang tua dan juga sebagai refleksi atas perjuangan kaum perempuan melawan penjajahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar