Jumat, 22 Mei 2015

Kawan

Aku suka bercengkerama dengan alam bebas
Dan yang paling aku suka adalah pantai
Pesona hamparan air tanpa batas sejauh mata memandang
Biru berpadu bening yang menyejukkan
Sungguh indah bukan?
Aku suka menuliskan beberapa kata pada pasir lembut di tepinya
Entah meskipun tak begitu penting namun cukup menghibur
Berharap suatu saat aku dapat menuliskan namamu, lebih tepatnya nama kita
Meski akhirnya ombak akan menyapunya
Namun kebahagiaan tak akan sirna
Selama kita saling mencintai karena-Nya
dan berjalan pada lintasan yang diridhoi-nya
Mungkin sesekali kita perlu mendaki gunung
Agar kita merasakan perjuangan bersama mencapai puncak
Bukankah akan lebih indah jika kita mendaki menuju puncak bersama
daripada dipertemukan saat sama2 sudah di puncak?
Karna indah dan manisnya hidup itu tak akan terasa tanpa perjuangan
Dan perjuangan akan lebih indah dengan hadirnya kawan.





                                                      



Kamis, 14 Mei 2015

LatePost



Tak perlu kau naik ke tangga yang lebih tinggi jika itu menghalangimu dari jalan yang diridhoi-Nya. Tak usah kau berada di level atas jika itu menjauhkanmu dari tujuan yang kau sandarkan pada Nya. Tangga dan level itu hanya menurut pandangan manusia. Sedangkan posisimu di mata mereka tidak menjamin tingginya derajatmu di hadapan Allah. 

Dalam membangun sebuah rumah, tak cukup hanya dipertimbangkan dari sisi artistik agar indah dipandang mata. Namun perlu juga dilihat dari sisi optik dan akustik sehingga menciptakan kondisi ideal dan kenyamanan di dalamnya. 

Begitu juga dalam merintis bangunan dakwah. Strategi/metode yang rapi dan terstruktur saja tak cukup untuk membangunnya. Namun diperlukan pemahaman terhadap ilmu disertai dengan akhlak yang mulia. Sehingga akan terciptakan bangunan yang kokoh dengan barisan yang berkualitas di dalamnya.
                                                                                                               
Magetan, Sabtu, 13 Rajab 1436 H
Alhamdulillah, 23 tahun,4 hari masih diberikan nafas oleh-Nya :)

                                               

:)


Zaman sekarang memang zaman yang aneh, ada orang yang mengaku aktivis dakwah, teriak-teriak tentang Khilafah, pendirian negara yang berdasarkan syariat Allah, negara yang menerapkan Al-Qur'an dan As-Sunnah, rindu dengan penerapan Islam secara kaaffah tapi subuh dia nggak hadir di Masjid, jarang puasa senin-kamis, tahajjudnya setahun bisa dihitung jari, dan baca Al-Qur'an juga malas, semua hal dikiritik olehnya, sampai-sampai seolah tidak ada kebaikan pada orang lain bila tidak berdakwah tentang Khilafah

Sama anehnya dengan orang-orang yang mengaku ikut kajian sunnah, senantiasa menganggap bahwa dirinyalah yang bertauhid, tapi tauhid ini tidak menyelamatkan saudaranya dari kekasaran lidahnya, dan bahkan tak memahami sunnah yang paling mudah yaitu menyenangkan saudaranya, mencintai saudaranya karena Allah, atau dia menganggap bahwa saudaranya hanya yang cingkrang celananya dan subur janggutnya, kalangannya saja

Aneh juga seperti orang-orang yang merasa bahwa dirinya mengikuti tarbiyah dan metode rabbaniyyah Rasulullah, namun menganggap bahwa kerja itu hanya dengan politik dan parlemen, selain itu berarti tidak berdakwah dan tidak berjuang, berarti hanya penonton yang selalu dianggap salah dan tidak ada betulnya
Lebih anehnya lagi, ternyata semua sifat-sifat diatas itu ternyata ada pada diriku, itu aku

Tapi zaman sekarang, ada juga orang-orang yang sempurna tarbiyahnya, lembut tuturnya dan santun lisannya, sayangnya pada manusia tak dapat disembunyikan walau dengan cara apapun. Merangkul saudaranya satu demi satu, mempergauli mereka dengan ihsan, menjamu mereka layaknya tamu agung, rabbaniyyah sama semisal ajaran Rasulullah

Di zaman ini juga kami temukan mujahid-mujahid yang cinta sunnah, rapat janggutnya serapat dalil yang kuat yang dia pelajari dengan serius, dia bersabar dalam memperbaiki diri juga memperbaiki orang lain, saat berjumpa dengan Muslim yang lain ia memberikan tatapannya yang paling teduh dan senyum yang paling manis, walau ilmunya jauh lebih tinggi, tapi ia selalu bisa menemukan cara untuk belajar pada saudaranya sesama Muslim, akhlaknya itu sunnah, tauhidnya ada pada akhlaknya

Juga di zaman ini, pejuang Khilafah dan Syariah yang sangat mencintai sesamanya, dekat dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, mencintai para ulama sebagaimana dia mencintai saudara-saudaranya, dia cinta pada sejarah Islam sebagaimana cinta pada bahasa Al-Qur'an, dia bukan hanya meramaikan Masjid, namun dialah yang memakmurkannya, siang harinya laksana singa dan malamnya seperti rahib, tak keluar dari lisannya kecuali ayat dan hadits, tak didengarnya kecuali kebaikan demi kebaikan

Dan aku ingin sekali seperti mereka
Kadangkala, kesedihan meliputiku saat aku mengetahui kebodohan diriku dan angkuhnya sikapku padahal aku kurang ilmu, disitu aku merasa kebangkitan Islam  takkan  Allah berikan padaku

Tapi, saat aku melihat wajah-wajah yang bercahaya dengan ilmu, dan agung akhlaknya itu, aku tahu bisa jadi Allah memperhitungkan mereka untuk memberikan kebangkitan Islam, dan aku berharap aku dapat sedikit saja memiliki kemuliaan mereka, dengan mencintai mereka

Ya Allah, satukanlah hati kaum Muslim

-Ustadz Felix Siauw-