Saatnya RDK (Ramadhan di
Kampung). Alhamdulillah sudah berada di Maut (Magetan Utara->Rumah orang
tua). Di suatu desa yang berada di perbatasan antara Magetan dan Kab.Madiun,
dipisahkan oleh kali bengawan samping rumah. Memang berbeda suasana saat di rumah
dan di perantauan.
Biasanya ada orang yang bilang
“Biar wajah ndeso, yang penting rejeki kutho”. Emang wajah ndeso itu yang
seperti apa ya? Rejeki kuto juga yang kayak apa ? Mungkin rejekinya orang kota
itu tinggal di rumah mewah bertingkat, atau perumahan elite, atau apartmen
mewah, dekat dengan fasilitas kota atau mal-mal yang megah, bekerja di
perkantoran, pake sepatu mengkilap, berdasi dan duduk di gedung ber AC, tiap
hari naik mobil, dekat fasilitas hiburan dll. Ya, tentu saja itu semua patut
disyukuri ,kan nikmat Allah juga.
Namun aku pun mensyukuri nikmat
Allah yang dianugerahkan padaku sebagai anak desa, bocah ndeso.Inilah
bahagianya saat aku mudik ke kampung halaman. Ayem, lego...Dibandingkan hidup
di kota besar, sungguh banyak hal yang patut disyukuri tertakdir menjadi orang
desa. Di desa hawanya masih segar, sawah membentang luas, pepohonan rimbun di
sekitar rumah dan jalanan. Bebas polusi kendaraan maupun cerobong asap pabrik
dan juga tidak macet. Berbeda kalau di perantauan yang tergolong kota besar
dengan hawa panas dan sering macet.
Di desa kebanyakan orang punya
pekarangan yang ditanami berbagai tanaman, entah buah, sayuran dll. Namun
kebetulan pekarangan di samping rumahku hanya ada beberapa pohon mangga dan
rumput,karna dekat sungai jadi tanahnya berpasir dan tidak cocok untuk ditanami
sayuran. Jadi pekarangan masih luas, sepertinya perlu ditambah populasi pohon
mangga :D Kalo kata bapak “Samping rumah masih cukup luas, sawah juga masih
luas, bisa dipake untuk membangun rumah kalian kelak” . Biasanya aku dan kakak
tertawa, bapak pun ikut tertawa karena mengerti bahwa yang dibilangi pada
berencana untuk “hijrah” ke tempat yang lain nantinya. Entahlah..hehe. Kakak
pun sekarang tinggal di Yogya dan biasanya edisi pulang kampung ke desa di Ngawi
dan Magetan menjadi hal yang spesial. Itulah bahagianya anak desa yang tinggal
di kota :D
Suatu hal yang spesial juga jika
kebutuhan dapur bisa diambil dati tanaman sendiri di pekarangan. Misal pas mau
masak butuh bumbu seperti jahe, kunyit, serai, daun jeruk dll bisa ambil di
kebun. Cari dedaunan juga gampang, seperti daun singkong, pepaya, luntas dll
juga tinggal petik aja. Kalau pun tak ada biasanya tidak sungkan2 minta ke
tetangga, karena para orang desa suka berbagi :) Di kota, jika tak punya pekarangan
untuk menanam, maka harus beli. Padahal butuhnya cuma dikit misal bikin sambel
butuh daun seruk satu lembar , biasanya belinya sekalian sepaket dengan
empon-empon yang lain.
Pemandangan sejuk, angin semilir,
sawah yang menghijau adalah nuansa sehari-hari di desa. Kicau burung dan suara
ayam memberikan irama tersendiri. Pagi-pagi para buruh tani bersepeda berangkat
ke sawah. Dengan sepedanya yang usang , pakaian yang lusuh, dan pekerjaan yang
lumayan berat,sepagi itu mereka bersemangat berikhtiar menjemput rezeki dari
Allah, rezeki yang insyaallah halal, dan mereka bahagia.
Makanan di desa pun murah meriah.
Dengan harga 2.500 sudah bisa menikmati sebungkus nasi pecel yang enak dan
cukup mengenyangkan. Tentu saja ini jarang atau tidak bisa dijumpai di kota.
Budaya gotong royong juga masih
kental di desa, saling menyapa dan bersosialisasi dengan tetangga, saling
mengenal dan peduli adalah hal yang masih dijunjung tinggi. Inilah istimewanya
orang desa :)
Orang desa katanya gak
fashionable. Ada benarnya juga , kadang ibu-ibu atau bapak bapak saat berbusana
tampak tidak begitu matching atau warna yang tidak sinkron. Inilah khasnya, ya
memang begitu adanya mereka. Toh dalam paradigma mereka, itu sudah bagus, sudah
cantik kok.
Ya seperti itulah kehidupan orang
di desa yang berbeda dengan orang kota. Namun masing masing ada plus minusnya.
Yang penting dimanapun berada semoga senantiasa menyukuri pemberian-Nya ^_^
Magetan,
24 Ramadhan 1435 H